BANYUMAS
DALAM SEJARAH
Kabupaten Banyumas adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Kota Purwokerto. Kabupaten ini
berbatasan dengan Kabupaten Brebes di
utara; Kabupaten Purbalingga,
Kabupaten Banjarnegara,
dan Kabupaten Kebumen di
timur, serta Kabupaten Cilacap di
sebelah selatan dan barat. Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah terdapat di ujung utara
wilayah kabupaten ini. Kabupaten Banyumas merupakan bagian dari wilayah budaya Banyumasan, yang berkembang di bagian barat Jawa Tengah. Bahasa yang
dituturkan adalah bahasa Banyumasan, yakni salah satu dialek bahasa Jawa yang cukup berbeda dengan dialek standar bahasa Jawa ("dialek Mataraman") dan
dijuluki "bahasa ngapak" karena ciri khas bunyi /k/ yang dibaca penuh
pada akhir kata (berbeda dengan dialek Mataraman yang dibaca sebagai glottal
stop [ʔ]).
Geografi
Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah :
- Sebelah utara: Gunung Slamet, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang.
- Sebelah selatan: Kabupaten Cilacap
- Sebelah barat: Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes
- Sebelah timur: Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara.
Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau
setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan dan
pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk
pemukiman dan pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan
tropis terletak di lereng Gunung Slamet sebelah selatan.
Bumi dan kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong
potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar
3.400M dan masih aktif. Keadaan cuaca dan iklim di Kabupaten Banyumas memiliki iklim
tropis basah. Karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari pesisir
pantai maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak. Namun dengan adanya
dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir nampak
bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara
1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4° C - 30,9° C.
Pembagian Administratif
Kabupaten Banyumas terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 301 desa dan 30 kelurahan. Ibukota Kabupaten Banyumas adalah Purwokerto, dimana meliputi
kecamatan Purwokerto Barat, Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan, dan
Purwokerto Utara.
Purwokerto nya merupakan Kota Administratif,
namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan Purwokerto
kembali menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Banyumas.
Di antara kota-kota kecamatan yang cukup signifikan di Kabupaten
Banyumas adalah: Banyumas, Ajibarang, Wangon, Sokaraja, Buntu dan Sumpyuh .
Kepala Pemerintahan
2. R. Ngabehi Merta Sura (1583-1600)
3. R. Ngabehi Merta Sura II, Ngabehi Kalidethuk (1601 - 1620)
4. R. Adipati Mertayuda I, Ngabehi Bawang (1620 - 1650)
5. R. Tumenggung Mertayuda II, R.T Seda Masjid/RT. Yudanegara I
(1650-1705)
6. R. Tumenggung Suradipura (1705 - 1707)
7. R. Tumenggung Yudanegara II, RT. Seda Pendapa (1745)
8. R. Tumenggung Reksa Praja (1749)
9. R. Tumenggung Yudanegara III (1755) kemudian diangkat menjadi
Patih Sultan Yogyakarta dan bergelar Danureja I
10. R. Tumenggung Yudanegara IV (1780)
11. R. Tumenggung Tejakusuma, Tumenggung Keong (1788)
12. R. Tumenggung Yudanegara V (1816)
13. Kasepuhan : R. Adipati Cokronegara (1816 - 1830) Kanoman :
R. Adipati Broto Diningrat (RT. Martadireja)
14. RT. Martadireja II (1832 - 1882) kemudian pindah ke Purwokerto
(Ajibarang)
15. R. Adipati Cokronegara I (1832 - 1864)
16. R. Adipati Cokronegara II (1864 - 1879)
17. Kanjeng Pangeran Arya Martadiredja III (1879 - 1913)
18. KPAA Ganda Subrata (1913 - 1933)
19. RAA. Sujiman Gandasubrata (1933 - 1950)
20. R. Moh. Kabul Purwodireja (1950 - 1953)
21. RE. Budiman (1953 - 1957)
22. M. Mirun Prawiradireja (30 Januari 1957 s/d 15 Desember 1957)
23. R. Bayu Nuntoro (15 Desember 1957 - 1960)
24. R. Subagyo (1960 - 1966)
25. Letkol Inf. Soekarno Agung (1966 -1971)
26. Kol. Inf. Pudjadi Jaring Bandayuda (1971 - 1978)
27. Kol. Inf. RG. Rudjito (1978 - 1988)
28. Kol. Inf. Djoko
Sudantoko, S.Sos. (1988 - 1998)
29. Kol. Art. HM. Aris Setiono, SH, S.IP (1998 - 2008)
30. H.Mardjoko (2008 - sekarang)
Transportasi
Kabupaten Banyumas dilalui jalan negara yang menghubungkan kota Tegal-Purwokerto, Purwokerto-Temangggung-Magelang/Semarang, serta jalan lintas selatan
Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Wangon merupakan persimpangan jalur Yogyakarta-Bandung
dan Tegal-Cilacap.
Angkutan umum bis antarkota di antaranya jurusan Jakarta,
Tegal/Cirebon, Bandung, Semarang, Yogyakarta/Solo.
Kabupaten ini juga terdapat jalur kereta api lintas selatan Jakarta-Cirebon-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya.
Stasiun Purwokerto
merupakan stasiun paling besar di wilayah Jawa Tengah bagian barat. Di antara
kereta api yang melintasi Purwokerto adalah: Bima (Jakarta Kota-Surabaya Gubeng), Argo Lawu (Jakarta Gambir-Solo Balapan), Senja Utama dan Fajar Utama (Pasar Senen-Yogyakarta), Logawa (Purwokerto-Jember), dan Purwojaya (Jakarta
Gambir-Cilacap).
Media
Harian Banyumas
Majalah ANCAS adalah satu-satunya majalah yang menggunakan bahasa Jawa
banyumasan. Majalah ANCAS berisi pendidikan dan kebudayaan juga sastra
banyumasan. Terbit sejak tgl 06 April 2010 dengan oplah sekitar 8000 exp.
Distribusi malah ANCAS di wilayah Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan
Banjarnegara juga sampai ke Bali, Kalimantan, Papua, Jakarta,
Surabaya,Jogjakarta juga Lampung.Harga Rp 10.000,-
Banyumas TV
Banyumas memiliki stasiun televisi lokal Banyumas Televisi, waktu on air adalah 12.00 sampai 23.00. Acaranya lebih
banyak produksi sendiri dan hasil karya rumah produksi lokal dengan muatan gaya
banyumasan yang kental, pada jam-jam tertentu juga merelay stasiun televisi Global TV atau MetroTV.
Radar Banyumas
Radar Banyumas adalah surat kabar yang terbit di Banyumas, dan masih satu
grup dengan Jawa Pos Surabaya.
Alamat Redaksi dan Pemasaran : Jalan Soepardjo Roestam 88 Sokaraja Kulon
Kabupaten Banyumas.
mBanyumasi
mBanyumasi adalah KORAN RAKYAT yang dikelola oleh pengusaha lokal
sejak Mei 2006 di Banyumas.
Satelit Post
Satelit Post adalah surat kabar baru yang terbit di Purwokerto dan
sekitarnya. Redaksi media ini beralamat di Jalan Dr. Angka 79 Purwokerto .
Harga surat kabar ini diawal terbitnya Rp 1.000,-
Harian Banyumas
Harian Banyumas adalah surat kabar baru yang terbit di Purwokerto dan
sekitarnya. Harian Banyumas merupakan bagian dari Harian Suara Merdeka. Harga
surat kabar ini diawal terbitnya Rp 1.000,-
Pendidikan
TK atau RA
|
||||||||
Negeri
|
3
|
965
|
106
|
22
|
9
|
1
|
1
|
|
Swasta
|
676
|
202
|
112
|
31
|
53
|
20
|
3
|
|
Total
|
679
|
1.167
|
218
|
53
|
62
|
21
|
4
|
|
Data sekolah di Kabupaten Banyumas
Sumber:[3] |
||||||||
Budaya
Budaya Banyumasan memiliki ciri khas
tersendiri yang berbeda dengan wilayah lain di Jawa Tengah, walaupun akarnya
masih merupakan budaya Jawa.
Di antara seni pertunjukan yang terdapat di Banyumas antara lain:
- Wayang kulit gagrag Banyumas, yaitu kesenian wayang kulit khas Banyumasan. Terdapat dua gagrak (gaya), yakni Gragak Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung. Kekhasan wayang kulit gragak Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya.
- Begalan, adalah seni tutur tradisional yang pada upacara pernikahan. Kesenian ini menggunakan peralatan dapur yang memiliki makna simbolis berisi falsafah Jawa bagi pengantin dalam berumah tangga nantinya.
Kesenian musik tradisional Banyumas juga memiliki kekhasan
tersendiri dibanding dengan kesenian musik Jawa lainnya, di antaranya:
- Calung, adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Selain itu ada juga Gong Sebul dinamakan demikian karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi dimainkan ddengan cara ditiup (Bahasa Jawa: disebul), alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen ulang.
- Kenthongan (sebagian menyebut tek-tek), adalah alat musik yang terbuat dari bambu. Kenthong adalah alat utamanya, berupa potongan bambu yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat kayu pendek. Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 20 orang dan dilengkapi dengan bedug, seruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Dalam satu grup kenthongan, Kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan bunyi yang selaras.
- Salawatan Jawa, yakni salah satu seni musik bernapaskan Islam dengan perangkat musik berupa terbang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanji.
- bongkel, yakni peralatan musik tradisional sejenis angklung, namun terdiri empat bilah berlaras slendro.
Sejumlah tarian khas Banyumasan
antara lain:
- lengger, merupakan tarian yang dimainkan oleh dua orang perempuan atau lebih. Di tengah-tengah pertunjukkan hadir seorang penari laki-laki disebut badhud (badut/bodor). Tarian ini umumnya dilakukan di atas panggung dan diiringi oleh alat musik calung.
- sintren, adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki yang mengenakan baju perempuan. Tarian ini biasanya melekat pada kesenian ebeg. Di tengah-tengah pertunjukan biasanya pemain ditindih dengan lesung dan dimasukan ke dalam kurungan, dimana dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama pemain yang lain.
- aksimuda, yakni kesenian bernapaskan Islam berupa silat yang digabung dengan tari-tarian.
- angguk, yakni kesenian tari-tarian bernapaskan Islam. Kesenian ini dilakukan oleh delapan pemain, dimana pada akhir pertunjukan pemain tidak sadarkan diri.
- aplang atau daeng, yakni kesenian yang serupa dengan angguk, dengan pemain remaja putri.
- buncis, yaitu paduan antara kesenian musik dan tarian yang dimainkan oleh delapan orang. Kesenian ini diiringi alat musik angklung.
- Ebeg, adalah kuda lumping khas Banyumas. Pertunjukan ini diiringi oleh gamelan yang disebut bendhe.
Kuliner
Makanan khas dari Banyumas di antaranya adalah:
- Keripik tempe,
- Mendoan tempe,
- sate bebek Tambak,
- Soto Sokaraja, dage, dan
- Getuk goreng sokaraja
- Jenang jaket khas Mersi (Purwokerto Timur)
Batik Banyumasan
Banyumas juga menghasilkan batik, meskipun tidak setenar Solo,
Yogyakarta dan Pekalongan. Batik Banyumas mempunyai keunikan karena kedua sisi
muka dan belakang mempunyai kualitas yang hampir sama. Batik banyumas yang
sekarang ini cukup terkenal adalah Batik produksi Pak Sugito dari Sokaraja.
Selain itu sentra batik Banyumasan yang lengkap barada di jalan Mruyung di
dalam kompleks alun-alun kota Banyumas. [4]
Tempat wisata
Banyumas memiliki beberapa tempat wisata andalan, kebanyakan
berupa keindahan alam seperti gua, air terjun dan wana wisata.
·
Depo Bay
Tokoh
·
Jenderal Gatot
Subroto, wakil kepala staf Angkatan Darat dan penggagas AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
·
Ahmad Tohari, sastrawan yang dikenal melalui trilogi Ronggeng Dukuh
Paruk dan telah memperoleh penghargaan
dari dalam dan luar negeri.
·
S. Bagio, pelawak yang terkenal pada
tahun '80an, membintangi berbagai judul film dan sering tampil dalam acara
lawak di TVRI.
·
Sugito Purbocarito, dalang
Banyumasan.
·
Mayangsari, penyanyi.
·
Pangky Suwito, artis film.
·
Bambang Set, sastrawan.
·
Dharmadi, sastrawan.
·
Darto Helm, pelawak yang terkenal
pada era '80an bersama dengan S. Bagyo
·
Soesilo Sudarman, mantan menteri di era Orde Baru.
·
Achmad Mubarok MA,
Dr.H., Politikus Partai Demokrat .
·
Soeparjo Roestam, mantan menteri di era Orde Baru
·
M. Koderi, budayawan penulis
buku-buku tentang Banyumasan
·
Sutedja, komponis, seniman
·
Margono Sukarjo, Prof. Ahli Bedah Pertama Indonesia
·
Raden Mas Margono Djojohadikusumo, Pendiri BNI 1946
·
Christian Hadinata,
pemain bulu tangkis
·
Henri Adolphe van de Velde, politikus Belanda
·
Dolf Nijhoff, pejuang Belanda di masa PD II
·
Sri Anggono Widagdo, Mahasiswa Pelestari Aksara Jawa.
Lambang Kabupaten Banyumas Motto: Rarasing Rasa Wiwaraning Praja |
|
Peta lokasi Kabupaten Banyumas Koordinat: 7°25'26.85"S - 109°13'48.59"T |
|
Dasar hukum
|
UU No.
13/1950
|
Tanggal
|
-
|
Pemerintahan
|
|
- Bupati
|
Drs. H.
Mardjoko
|
- DAU
|
Rp.
835.991.326.000,-(2011)[1]
|
Luas
|
1.329,02 km2
|
Populasi
|
|
- Total
|
1.752.846
jiwa (2007) [2]
|
- Kepadatan
|
1.318,9
jiwa/km2
|
Demografi
|
|
0281
|
|
Pembagian administratif
|
|
27
|
331
|
|
- Situs web
|
0 comments:
Post a Comment