KEHORMATAN ADALAH PENGORBANAN
Oleh : Azizah Herawati, S.Ag.*)
Ketua V (Bidang Pendidikan) PWNA Jateng
QS An-Nisa 86 :
واذا حييتم بتحية فحيوا باحسن منها او ردوها ان الله كان على كل شيء حسيبا النساء 86
“ Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam)
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau
balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah
memperhitungkan segala sesuatu”.
Ayat di
atas menyeru kita untuk membalas penghormatan dengan penghormatan yang lebih
baik atau paling tidak yang sepadan. Coba kita ibaratkan saat kita diundang
seseorang, pasti ada penyebabnya. Ada sebab, berarti pilihan, tidak mungkin
karena ada ketidak sengajaan. Pilihan berarti sebuah kehormatan dan kehormatan
adalah kerelaan berkorban untuk kembali menghormati yang mengundang. Jadi
kehormatan bukanlah gagah-gagahan, tapi justru suatu bentuk ketulusan untuk
memberikan yang terbaik bagi orang lain, sehingga menumbuhkan kegembiraan bagi
yang menerimanya.
Dewasa ini banyak orang menempatkan
kehormatan hanya untuk ‘orang yang mempunyai jabatan’. Sehingga dengan
‘jabatannya’ jangankan menghormati dengan yang lebih, dengan yang sepadan aja
enggan. Padahal di mata Allah, semua manusia adalah sama, yang membedakan
adalah taqwanya. Sebagaimana penggalan Firman Allah SWT yang sudah sangat
populer dalam QS Al-Hujurat 13 :
ان اكرمكم عند الله اتقيكم الحجرات 13
“……..Sesungguhnya
yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa
……..”.
Sangat penting kiranya kita
merenungkan bahwa saat orang mengagungkan jabatan sebagai kehormatan, belum
tentu di mata Allah sama adanya. Bukankah salah satu biang krisis multi dimensi
yang melanda negeri ini adalah karena ulah para pejabat yang ‘terhormat’!Mereka
menggunakan ‘jabatannya’ untuk berperilaku ‘tidak terhormat’, sehingga apapun
caranya yang penting ‘dapat’!
Alangkah indahnya andaikata
‘orang-orang terhormat’ mau belajar untuk membalas penghormatan orang lain,
minimal dengan yang sepadan, syukur bisa membalas dengan yang lebih! Dengan
demikian orang lain akan dengan sendirinya hormat kepadanya tanpa ada tendensi
apapun apalagi sekedar ABS alias Asal Bapak Senang.
Sudah saatnya kita belajar ‘mengorbankan
diri’ untuk semata-mata mencari ridho Allah SWT. Mengorbankan kepentingan diri
yang hanya berorientasi pada hal-hal duniawiyah saja, sekedar untuk mendapatkan
apa yang kita inginkan dengan mengesampingkan ridho Allah SWT. Mari kita belajar dari
para pendahulu kita yang tidak mengagungkan ‘harta, jabatan dan keturunan’,
tapi justru memandangnya sebagai sebuah ‘amanah’ yang harus dijaga dengan
sebaik-baiknya, semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Justru dengan
‘ketawadhu’an’ mereka, namanya terkenang hingga kini dan ‘sangat terhormat’ di
mata Allah SWT. Sehingga Allah SWT mengabadikannya dalam
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 207
:
ومن الناس من يشري نفسه ابتغاء مرضات الله والله رؤف باالعباد
البقرة 207
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya untuk mencari keridhoan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada
Hamba-hambaNya”.
Wallahu a’lamu bish-showwab.
0 comments:
Post a Comment