Yoeny
Wahyu Hidayatie
PDNA
Batang
“ Nasyi'ah putri yang belia, harapan A'isyiyah,
untuk
melanjutkan usahanya, jangan tersia-sia.....”
Itulah penggalan mars
Nasyiatul Aisiyah yang selalu dilantunkan diawal acara, dengan sikap tegak
berdiri lantang semua bernyanyi mengikuti gerakan tangan sang dirigen, aduh
sungguh sangat bersemangat dibuatnya.
ANGGOTA NASYIAH DAN PERMASALAHANNYA
Nasyiatul Aisyiyah yang
lebih ngetren akhir-akhir ini dengan sebutan Nasyi'ah adalah organisasi
otonom dengan sasaran kelompok perempuan muda yang sudah bukan remaja lagi,
usia antara 17 sampai 40 tahun. Dengan usia demikian latar belakang dan
aktifitas anggota Nasyiah sangat beragam, dari yang masih duduk dibangku
menengah sampai kuliah bahkan sudah punya cucupun bisa masuk anggota Nasyi'ah,
dan akhirnya permasalahanpun akan beragam.
Nasyiah sebagai ortom
sudah tidak diragukan lagi telah ikut mewarnai maju mundurnya Muhammadiyah,
segala kegiatan telah banyak dilakukan, tetapi bisa dikatakan masih kalah
dengan keberhasilan yang telah dilakukan “Ibunda Aisiyah”, mengapa demikian ?,
padahal Nasyiah lebih muda , lebih enerjik dan masih baik secara kesehatan.
Secara sepintas usia yang
ditawarkan bagi anggota Nasyiah adalah usia yang sangat strategis karena pada
usia inilah manusia dapat dikatakan sebagai “orang”, menurut riwayat ada suatu
cerita bahwa ketika ditanya manakah yang disebut manusia, ketika dijawab
menunjuk orang usia 60-an yang bertanya tidak puas karena sudah tua, dan ketika
dijawab usia 10-an, juga tidak puas karena terlalu kecil, nah ketika
dijawab usia 30-an itulah yang dicarinya sesuai dengan fitrah manusia yang
sempurna, ini berarti bahwa usia nasyiah adalah usia yang sangat sempurna,
produktif atau istilahnya sedang mekar-mekarnya atau sedang
subur-suburnya.
Nah mengingat usia yang sedang
produktif itulah kemudian permasalahan muncul karena banyak dari anggota yang
“memproduksi anak”, akhirnya sibuk dengan urusan pribadi yaitu mengurus anak,
tidak tega meninggalkan anak untuk aktivitas dan malu membawa anak ke suatu acara
kegiatan Nasyiah atau ah paling anakku cuma akan mengganggu saja,
akhirnya bisa ditebak, rapat pimpinan dan anggota kekurangan peserta.
Sementara disisi lain,
anggota yang diharapkan bisa hadir karena belum terepotkan dengan aktivitas
keluarga alias masih single, biasanya malu karena mengira teman -teman nasyiah
lainnya sudah banyak yang punya anak, Ironinya lagi ketika anak-anak mereka
sudah besar-besar dan tidak terepotkan lagi dengan urusan itu, malu karena
mengira teman- teman lain masih muda-muda, jadi sepertinya tidak akan ketemu
ketika masih punya alasan sendiri-sendiri, ditambah tidak sedikit yang menikah
dan kemudian mengikuti domisili suami, belum lagi banyak dari anggota yang
sibuk dengan karir dan pendidikannnya masing-masing, akhirnya untuk ngumpul
sama-sama susahnya minta ampun.
Dalam sebuah organisasi
pertemuan alias kumpulan sangat diperlukan walaupun hasil yang didapat
minimum, maksudnya hanya berangkat, duduk, mendengarkan dan diam itupun jika
anaknya tidak rewel, saya lebih menghargai usaha teman-teman untuk meramaikan
organisasi dengan menghadiri pertemuan membawa anak-anaknya walau seperti
sebuah posyandu, paling tidak satu atau dua dari manfaat organisasi telah
tercapai yaitu sebagai ajang silaturahim dan terpenuhinya syarat sebagai sebuah
organisasi, karena sebuah organisasai tidak akan disebut organisasi jika tidak
terdapat sebuah pertemuan rutin.
Ada yang membuat lebih
simpatik serta patut ditiru adalah tetap menghadiri sebuah pertemuan walaupun
usia lebih dari yang seharusnya yaitu diatas 40 tahun, tentu karena tanggung
jawab dan kecintaannya terhadap persyarikatan walau dengan sedikit malu
tersenyum simpul ketika ikut menyanyikan mars yang menyebut sebagai “Nasiah
putri yang belia” seperti pada tulisan pembuka diatas.
Mengenai syair nasyiah
yang menyebut sebagai putri yang belia ini sebenarnya tidak perlu diperdebatkan
dan tidak perlu menjadi halangan bagi para aktivis yang sudah tidak belia lagi,
karena memang usia Nasyiah itu adalah sejak belia sampai dewasa dan kemudian
“lulus” menjadi Aisyiah, bukankah Nasyiah adalah kader Aisyiah?, jadi pada saat
limit itu tentu tidak belia lagi.
Sejujurnya saya tidak
mengetahui, apakah mudah merubah syair mars sebuah organisasi dan saya juga
tidak mengetahui apa makna “belia” yang sebenarnya atau maksud yang diharapkan
dari pengarangnya, tetapi jikalau hal ini kemudian sedikit banyak membuat risih
para aktivis tentulah bisa menjadi pemikiran bersama untuk menggantinya dengan
sebutan yang lain, misalnya Nasyiah putri yang dewasa, atau Nasyiah giat
bekerja ataupun lainnya.
Teman teman pembaca
sekalian, dalam AD/ART NA disebutkan bahwa keanggotaan NA dimulai usia 17
sampai 40 tahun, sementara dalam AD/ART Aisyiyah, disebutkan keanggotaan
Aisyiyah adalah anggota Muhammadiyah perempuan. Hal ini sering menimbulkan
konflik , ada sedikit perebutan kader / anggota.
Dalam pengamatan saya konflik yang terjadi jika di luar ranting tidak akan menjadi masalah serius, tapi jika terjadi di suatu ranting sedikit banyak menimbulkan masalah, oleh sebab itu pembicaraan mengenai pembatasan usia keanggotaan suatu ortom ini harus di selesaikan dalam meja perundingan / musyawarah di tingkat pusat. Tentu untuk merespon masalah ini butuh kepekaan pimpinan pusat karena pimpinan pusat tidak merasakan langsung akibat dari konflik yang terjadi di tingkat pimpinan ranting.
Dalam pengamatan saya konflik yang terjadi jika di luar ranting tidak akan menjadi masalah serius, tapi jika terjadi di suatu ranting sedikit banyak menimbulkan masalah, oleh sebab itu pembicaraan mengenai pembatasan usia keanggotaan suatu ortom ini harus di selesaikan dalam meja perundingan / musyawarah di tingkat pusat. Tentu untuk merespon masalah ini butuh kepekaan pimpinan pusat karena pimpinan pusat tidak merasakan langsung akibat dari konflik yang terjadi di tingkat pimpinan ranting.
Inilah serba serbi nasyiah
yang kita cinta, masalah satu dengan masalah lain menambah romantisme kita
dalam bernasyiah, mASALH ini adalah seklumit sampah yang tidak menjadikan rumah
kita jelek semua.
0 comments:
Post a Comment