23 Feb 2013

Anggota Nasyiah dan Permasalahannya

Yoeny Wahyu Hidayatie

PDNA Batang

 Nasyi'ah putri yang belia, harapan A'isyiyah,
untuk melanjutkan usahanya, jangan tersia-sia.....”
Itulah penggalan mars Nasyiatul Aisiyah yang selalu dilantunkan diawal acara, dengan sikap tegak berdiri lantang semua bernyanyi mengikuti gerakan tangan sang dirigen, aduh sungguh sangat bersemangat dibuatnya.
ANGGOTA NASYIAH DAN PERMASALAHANNYA
Nasyiatul Aisyiyah yang lebih ngetren akhir-akhir ini dengan sebutan Nasyi'ah adalah organisasi otonom dengan sasaran kelompok perempuan muda yang sudah bukan remaja lagi, usia antara 17 sampai 40 tahun. Dengan usia demikian latar belakang dan aktifitas anggota Nasyiah sangat beragam, dari yang masih duduk dibangku menengah sampai kuliah bahkan sudah punya cucupun bisa masuk anggota Nasyi'ah, dan akhirnya permasalahanpun akan beragam.
Nasyiah sebagai ortom sudah tidak diragukan lagi telah ikut mewarnai maju mundurnya Muhammadiyah, segala kegiatan telah banyak dilakukan, tetapi bisa dikatakan masih kalah dengan keberhasilan yang telah dilakukan “Ibunda Aisiyah”, mengapa demikian ?, padahal Nasyiah lebih muda , lebih enerjik dan masih baik secara kesehatan.
Secara sepintas usia yang ditawarkan bagi anggota Nasyiah adalah usia yang sangat strategis karena pada usia inilah manusia dapat dikatakan sebagai “orang”, menurut riwayat ada suatu cerita bahwa ketika ditanya manakah yang disebut manusia, ketika dijawab menunjuk orang usia 60-an yang bertanya tidak puas karena sudah tua, dan ketika dijawab usia 10-an, juga tidak puas karena terlalu kecil, nah ketika dijawab usia 30-an itulah yang dicarinya sesuai dengan fitrah manusia yang sempurna, ini berarti bahwa usia nasyiah adalah usia yang sangat sempurna, produktif atau istilahnya sedang mekar-mekarnya atau sedang subur-suburnya.
Nah mengingat usia yang sedang produktif itulah kemudian permasalahan muncul karena banyak dari anggota yang “memproduksi anak”, akhirnya sibuk dengan urusan pribadi yaitu mengurus anak, tidak tega meninggalkan anak untuk aktivitas dan malu membawa anak ke suatu acara kegiatan Nasyiah atau ah paling anakku cuma akan mengganggu saja, akhirnya bisa ditebak, rapat pimpinan dan anggota kekurangan peserta.
Sementara disisi lain, anggota yang diharapkan bisa hadir karena belum terepotkan dengan aktivitas keluarga alias masih single, biasanya malu karena mengira teman -teman nasyiah lainnya sudah banyak yang punya anak, Ironinya lagi ketika anak-anak mereka sudah besar-besar dan tidak terepotkan lagi dengan urusan itu, malu karena mengira teman- teman lain masih muda-muda, jadi sepertinya tidak akan ketemu ketika masih punya alasan sendiri-sendiri, ditambah tidak sedikit yang menikah dan kemudian mengikuti domisili suami, belum lagi banyak dari anggota yang sibuk dengan karir dan pendidikannnya masing-masing, akhirnya untuk ngumpul sama-sama susahnya minta ampun.
Dalam sebuah organisasi pertemuan alias kumpulan sangat diperlukan walaupun hasil yang didapat minimum, maksudnya hanya berangkat, duduk, mendengarkan dan diam itupun jika anaknya tidak rewel, saya lebih menghargai usaha teman-teman untuk meramaikan organisasi dengan menghadiri pertemuan membawa anak-anaknya walau seperti sebuah posyandu, paling tidak satu atau dua dari manfaat organisasi telah tercapai yaitu sebagai ajang silaturahim dan terpenuhinya syarat sebagai sebuah organisasi, karena sebuah organisasai tidak akan disebut organisasi jika tidak terdapat sebuah pertemuan rutin.
Ada yang membuat lebih simpatik serta patut ditiru adalah tetap menghadiri sebuah pertemuan walaupun usia lebih dari yang seharusnya yaitu diatas 40 tahun, tentu karena tanggung jawab dan kecintaannya terhadap persyarikatan walau dengan sedikit malu tersenyum simpul ketika ikut menyanyikan mars yang menyebut sebagai “Nasiah putri yang belia” seperti pada tulisan pembuka diatas.
Mengenai syair nasyiah yang menyebut sebagai putri yang belia ini sebenarnya tidak perlu diperdebatkan dan tidak perlu menjadi halangan bagi para aktivis yang sudah tidak belia lagi, karena memang usia Nasyiah itu adalah sejak belia sampai dewasa dan kemudian “lulus” menjadi Aisyiah, bukankah Nasyiah adalah kader Aisyiah?, jadi pada saat limit itu tentu tidak belia lagi.
Sejujurnya saya tidak mengetahui, apakah mudah merubah syair mars sebuah organisasi dan saya juga tidak mengetahui apa makna “belia” yang sebenarnya atau maksud yang diharapkan dari pengarangnya, tetapi jikalau hal ini kemudian sedikit banyak membuat risih para aktivis tentulah bisa menjadi pemikiran bersama untuk menggantinya dengan sebutan yang lain, misalnya Nasyiah putri yang dewasa, atau Nasyiah giat bekerja ataupun lainnya.
Teman teman pembaca sekalian, dalam AD/ART NA disebutkan bahwa keanggotaan NA dimulai usia 17 sampai 40 tahun, sementara dalam AD/ART Aisyiyah, disebutkan keanggotaan Aisyiyah adalah anggota Muhammadiyah perempuan. Hal ini sering menimbulkan konflik , ada sedikit perebutan kader / anggota.
Dalam pengamatan saya konflik yang terjadi jika di luar ranting tidak akan menjadi masalah serius, tapi jika terjadi di suatu ranting sedikit banyak menimbulkan masalah, oleh sebab itu pembicaraan mengenai pembatasan usia keanggotaan suatu ortom ini harus di selesaikan dalam meja perundingan / musyawarah di tingkat pusat. Tentu untuk merespon masalah ini butuh kepekaan pimpinan pusat karena pimpinan pusat tidak merasakan langsung akibat dari konflik yang terjadi di tingkat pimpinan ranting.
Inilah serba serbi nasyiah yang kita cinta, masalah satu dengan masalah lain menambah romantisme kita dalam bernasyiah, mASALH ini adalah seklumit sampah yang tidak menjadikan rumah kita jelek semua.







0 comments: