Kenapa Meninggal Bunda.…?
“Bunda kenapa om
depan rumah meninggal dunia,” tanya jundi kecilku.
“Kenapa ya kak,” aku ganti bertanya. “Bunda kakak khan tanya,”
seolah ingin penjelasan ia balik bertanya. Sambil tersenyum “Om khan sakit sayang,” jawabku ringan. “Tapi bunda, eyang sakinya
lebih lamat kok masih hidup khan lebih tua eyang bunda,” tanyanya lagi. “Iya
memang beda sayang, tiap-tiap orang khan ada batas usianya,”jawabku. “Ehm…batas
usia eyang berapa bunda,” wajah serius jundi kecilku membuatku ingin
tersenyum. Yyang tahu batas usia hanya Allah, karena itu menjadi rahasia
Allah,” jelasku lagi. “Bunda gimana agar kita tahu batas usia kita,”
lanjutnya. Ah rupanya ia memang ingin tahu. Panjang lebar cerita dengan jagoan
kecilku seputar kenapa akhirnya manusia meninggal, cerita usia Rosululloh, alasan
mengapa harus beribadah, surga neraka dan akhirnya subhanallah laksana guru
saja cerita mengalir sampai akhirnya aku tersenyum sendiri saat ia berkata “Tapi
bunda kakak maunya dimana saja pokoknya bersama bunda, jadi bunda jangan
meninggal dulu ya , please bunda.”
Ayah
bunda pernahkah kita seolah menjadi ahli filsafat saat berbincang dengan ananda
? Pertanyaan yang muncul seputar kenapa orang harus meninggal dunia.
Pada
saat seperti inilah sebagai orang tua kita dapat memasukkan nilai-nilai tentang
goal setting kehidupan pada ananda. Bukankah rumah dan garis batas
finish perjalanan hidup adalah menggapai ridho Allah. Hanya saja terkadang kita
seolah kehabisan kata saat menjawab pertanyaan si kecil yang seolah tidak ada
habisnya. Apa saja yang bisa kita uraikan saat mereka mencoba bertanya tentang
kenapa orang meninggal?
Selalu
ada batas atau akhir dari dunia. Salah satu hal
yang bisa kita jelaskan adalah adanya batas atau akhir dari setiap perjalanan
di dunia apapun bentuknya. Ibrah yang bisa kita sampaikan agar ananda tidak
terlalu mencintai dunia. Jelaskan bahwa tidak ada yang kekal dunia.
Belajar
dari ketidak pastian waktu yang pasti kedatangannya.
Ayah bunda setiap kita percaya bahwa
mati adalah pasti, hanya kita tidak tahu kapan datangnya. Salah satu ibroh dari
misteri berapa batas usia kita adalah membiasakan untuk menyakini sesuatu yang
abstrak. Anak perlu kita biasakan merencanakan menghadapi hal atau sesuatu yang
pasti dalam hukum sebab akibat.
Perbanyak
bekal diri. Kepastian datangnya kematian bisa kita
jadikan satu pembelajaran bahwa yang harus dilakukan adalah mempersiapkan dan
mencari bekal bukan mempertanyakan kapan datangnya. Anak kita pahamkan bahwa
segala hal apabila dipersiapkan dengan baik akan membuat diri selalu merasa
siap. Semisal untuk memotivasi belajar anak agar tidak main SKS (sistem kebut
semalam) dalam belajar. Dengan rajin belajar setiap hari kapanpun guru
mengadakan ulangan maka anak tidak akan merasa takut. Ananda kita biasakan memupuk
bekal dalam bentuk amal sholih dari waktu ke waktu dan dari hal yang kecil.
Keterbatasan
dan do’a. Ayah bunda hal yang perlu kita biasakan pada
ananda adalah berdo’a. Ananda perlu kita pahamkan betapa luar biasa karunia dan
nikmat yang Allah berikan kepada kita. Apalagi dengan segala keterbatasan yang
ada pada diri manusia. Salah satu keterbatasannya adalah kemampuan logika
mencari misteri batas waktu kehidupan. Oleh karenanya sudah selayaknya sebagai
manusia kita bersyukur dan selalu berharap akan lindungan-Nya.
Konsekwen
dan tanggung jawab. Salah satu hal yang perlu kita
tanamkan kepada ananda adalah rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah
dilakukan. Kita perlu menjelaskan bahwa setiap apa yang dilakukan akan dimintai
pertanggung jawaban sekecil dan apapun bentuknya. Oleh karenanya anak perlu
kita latih untuk berhati-hati dalam mengambil setiap sikap dan tindakan. Dan
pertanggung jawaban tertinggi adalah pertanggung jawaban pada mahkamah Allah
karena Allah ahkamil hakimin.
(2013)
Wallhu
a’lam bishowab
0 comments:
Post a Comment