24 Jan 2013

Kenapa Meninggal Bunda???

Kenapa Meninggal Bunda.…?


“Bunda kenapa om depan rumah meninggal dunia,” tanya jundi kecilku. “Kenapa ya kak,” aku ganti bertanya. “Bunda kakak khan tanya,” seolah ingin penjelasan ia balik bertanya. Sambil tersenyum “Om khan sakit sayang,”  jawabku ringan. “Tapi bunda, eyang sakinya lebih lamat kok masih hidup khan lebih tua eyang bunda,” tanyanya lagi. “Iya memang beda sayang, tiap-tiap orang khan ada batas usianya,”jawabku. “Ehm…batas usia eyang berapa bunda,” wajah serius jundi kecilku membuatku ingin tersenyum. Yyang tahu batas usia hanya Allah, karena itu menjadi rahasia Allah,” jelasku lagi. “Bunda gimana agar kita tahu batas usia kita,” lanjutnya. Ah rupanya ia memang ingin tahu. Panjang lebar cerita dengan jagoan kecilku seputar kenapa akhirnya manusia meninggal, cerita usia Rosululloh, alasan mengapa harus beribadah, surga neraka dan akhirnya subhanallah laksana guru saja cerita mengalir sampai akhirnya aku tersenyum sendiri saat ia berkata “Tapi bunda kakak maunya dimana saja pokoknya bersama bunda, jadi bunda jangan meninggal dulu ya , please bunda.”

Ayah bunda pernahkah kita seolah menjadi ahli filsafat saat berbincang dengan ananda ? Pertanyaan yang muncul seputar kenapa orang harus meninggal dunia.
Pada saat seperti inilah sebagai orang tua kita dapat memasukkan nilai-nilai tentang goal setting kehidupan pada ananda. Bukankah rumah dan garis batas finish perjalanan hidup adalah menggapai ridho Allah. Hanya saja terkadang kita seolah kehabisan kata saat menjawab pertanyaan si kecil yang seolah tidak ada habisnya. Apa saja yang bisa kita uraikan saat mereka mencoba bertanya tentang kenapa orang meninggal?
Selalu ada batas atau akhir dari dunia. Salah satu hal yang bisa kita jelaskan adalah adanya batas atau akhir dari setiap perjalanan di dunia apapun bentuknya. Ibrah yang bisa kita sampaikan agar ananda tidak terlalu mencintai dunia. Jelaskan bahwa tidak ada yang kekal dunia.
Belajar dari ketidak pastian waktu yang pasti kedatangannya. Ayah  bunda setiap kita percaya bahwa mati adalah pasti, hanya kita tidak tahu kapan datangnya. Salah satu ibroh dari misteri berapa batas usia kita adalah membiasakan untuk menyakini sesuatu yang abstrak. Anak perlu kita biasakan merencanakan menghadapi hal atau sesuatu yang pasti dalam hukum sebab akibat.
Perbanyak bekal diri. Kepastian datangnya kematian bisa kita jadikan satu pembelajaran bahwa yang harus dilakukan adalah mempersiapkan dan mencari bekal bukan mempertanyakan kapan datangnya. Anak kita pahamkan bahwa segala hal apabila dipersiapkan dengan baik akan membuat diri selalu merasa siap. Semisal untuk memotivasi belajar anak agar tidak main SKS (sistem kebut semalam) dalam belajar. Dengan rajin belajar setiap hari kapanpun guru mengadakan ulangan maka anak tidak akan merasa takut. Ananda kita biasakan memupuk bekal dalam bentuk amal sholih dari waktu ke waktu dan dari hal yang kecil.
Keterbatasan dan do’a. Ayah bunda hal yang perlu kita biasakan pada ananda adalah berdo’a. Ananda perlu kita pahamkan betapa luar biasa karunia dan nikmat yang Allah berikan kepada kita. Apalagi dengan segala keterbatasan yang ada pada diri manusia. Salah satu keterbatasannya adalah kemampuan logika mencari misteri batas waktu kehidupan. Oleh karenanya sudah selayaknya sebagai manusia kita bersyukur dan selalu berharap akan lindungan-Nya.
Konsekwen dan tanggung jawab. Salah satu hal yang perlu kita tanamkan kepada ananda adalah rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan. Kita perlu menjelaskan bahwa setiap apa yang dilakukan akan dimintai pertanggung jawaban sekecil dan apapun bentuknya. Oleh karenanya anak perlu kita latih untuk berhati-hati dalam mengambil setiap sikap dan tindakan. Dan pertanggung jawaban tertinggi adalah pertanggung jawaban pada mahkamah Allah karena Allah ahkamil hakimin.
(2013)

Wallhu a’lam bishowab

0 comments: