KESETARAAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI UNTUK MEMBANGUN KARAKTER BANGSA
Oleh: Amin Nurita F.A, ST, M.Pd*)
*)Sekretaris Umum PW Nasyiatul ‘Aisyiyah Jawa Tengah
Staf Pengajar SMK N 2 Wonosobo
Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu mengenang jasa para
pahlawannya, selain itu juga sangat melindungi dan melestarikan budayanya,
termasuk adat-istiadat bangsanya. Hal ini merupakan modal berharga bagi upaya
pemantapan ketahanan mental spiritual dalam menghadapi pengaruh negatif yang
dibawa oleh arus globalisasi yang terjadi pada saat ini. Apabila tidak kita
waspadai, bukan tidak mungkin bahwa hal itu akan bisa menimbulkan erosi
terhadap budaya bangsa kita.
Perempuan adalah bagian dari masyarakat yang berhubungan sangat
erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat. Dalam keadaan krisis
perekonomian, perempuanlah yang paling merasakan akibat dari krisis tersebut.
Akan tetapi, dalam keadaan yang kritis, seringkali perempuan lebih mempunyai
inisiatif, bangkit dan menggerakkan masyarakat sekitarnya untuk memperbaiki
kondisi perekonomian, mulai dari perekonomian keluarga, meluas sampai ke
perekonomian rakyat.
Sejarah telah membuktikan bahwa perempuan telah banyak berperan
dalam membangun bangsa ini. RA. Kartini, pada saat itu sudah menjadi pelopor
bagi kaum perempuan. Keadaan
perempuan masa kini, berkat inspirasi dari R.A. Kartini, telah banyak mendorong
perempuan Indonesia untuk mencapai pendidikan tinggi. Salah satu surat Kartini
berisi:”Kami sangat yakin bahwa kemajuan jaman sederas apapun bangsa Indonesia
tidak akan dapat maju selama kaum perempuan dibatasi gerak dan langkahnya,
karena perempuan merupakan bagian dari kemjuan zaman itu sendiri”.
Bagaimana mewujudkan kesetaraan perempuan dan laki-laki untuk
membangun karakter bangsa menuju masyarakat yang bermartabat?
Kita semua mengetahui bahwa prestasi anak perempuan di semua
tingkat pendidikan (mulai SD sampai universitas) selalu menduduki peringkat
yang tertinggi. Meskipun penelitian mengenai hal ini belum dilakukan, akan
tetapi berdasarkan pengalaman, dari 10 peringkat tertinggi dari tiap jenjang
pendidikan, ternyata 60%-70% adalah murid atau mahasiswa perempuan. Perempuan
juga sudah mampu mencapai pendidikan tertinggi, seperti S1, S2, S3. Tenaga
pengajar perempuan bergelar guru besar juga telah semakin meningkat.
Meskipun demikian, ternyata masih banyak hambatan bagi perempuan
untuk mencapai kedudukan atau peningkatan prestasi seperti yang diharapkan,
apalagi untuk kedudukan pimpinan atau pengambil keputusan lainnya. Untuk
mencapai kedudukan yang setara dengan kedudukan laki-laki, seperti kedudukan
pimpinan, dan pengambil keputusan, perempuan dituntut untuk mempunyai kelebihan
prestasi yang lebih menonjol, serta harus melalui perjuangan yang sangat berat,
padahal tuntutan semacam ini bagi laki-laki pun tidak dirasa perlu. Perjuangan
perempuan yang berat untuk mencapai suatu kedudukan, disebabkan karena masih
banyak masyarakat Indonesia yang masih menganut paham patriarki, sehingga
menghasilkan keputusan dan sikap yang bias gender.
Ketimpangan dan kurangnya peran serta perempuan dan rendahnya
Kualitas Hidup Perempuan (KHP), secara umum mengakibatkan lambatnya
keberhasilan dalam Pembangunan Nasional. Bila KHP perempuan rendah dan tidak
diajak untuk berperan serta dalam pembangunan, maka perempuan akan menjadi
beban pembangunan. Sebaliknya, bila perempuan diberi kepercayaan untuk berperan
dalam pembangunan nasional, maka perempuan akan menjadi mitra sejajar bagi
laki-laki yang ikut bahu-membahu dan meringankan beban pembangunan.
Diskriminasi terhadap perempuan juga masih terjadi di Indonesia,
keadaan ini ditandai oleh:
1. Tradisi yang mewajibkan perempuan
mengurus urusan rumah tangga, atau tradisi yang melarang perempuan mengemukakan
pendapat dalam kondisi apa pun.
2. Dalam bidang pendidikan, meskipun
kesempatan sudah sangat terbuka bagi perempuan untuk sekolah
setinggi-tingginya, namun bila biaya pendidikan dalam keluarga terbatas, maka
anak perempuan harus mengalah kepada anak laki-laki. Bila beasiswa didapat oleh
seorang perempuan bersuami, maka ijin dari suami mutlak didapatkan oleh sang
isteri. Demikian pula, ketika seorang perempuan sudah menikah dan mempunyai anak,
maka pendidikan pun biasanya dihentikan demi kepentingan keluarga.
3. Dalam bidang ekonomi, menurut survei
terakhir, pendapatan perempuan biasanya hanya 60% dari pendapatan pria untuk
waktu kerja dan posisi yang sama, ditambah kesalahan Badan Pusat Statistik
(BPS) dalam mendata pelaku ekonomi di sebuah keluarga. Bila sebuah keluarga, di
mana seorang isteri berusaha di rumah seperti membuat kue atau pisang goreng
untuk dijual, biasanya BPS hanya mendata isteri tersebut sebagai Ibu Rumah
Tangga saja sehingga secara statistik, perempuan sedikit sekali berperan dalam
sektor ekonomi. Padahal kenyataannya tidaklah demikian.
4. Dalam peningkatan karier di
pekerjaan, meskipun perempuan mempunyai prestasi yang baik di sekolah maupun
dalam pekerjaan, dalam penentuan kenaikan jabatan atau peningkatan karier
perempuan, selalu dikalahkan dengan alasan yang sangat bias gender.
Secara obyektif, hingga saat ini kendala dan tantangan di lapangan
nampak semakin jelas dan menunjukkan betapa kesenjangan peran antara laki-laki
dan perempuan nampak begitu kentara. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya
kebijakan-kebijakan publik yang masih sering mengabaikan perempuan sebagai
titik perhatiannya, yang disebabkan oleh konsep gender yang belum banyak
dipahami oleh berbagai pihak.
Nilai-nilai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki
merupakan landasan bagi pembentukan karakter dan budi pekerti untuk mencintai
tanah air dan bangsa. Sejalan dengan hal tersebut, upaya pembentukan
karakter bangsa melalui pendidikan perlu dimulai sejak dini. Mulai dari
keluarga, diteruskan ke sekolah dan lingkungan masyarakat.
Kesetaraan perempuan dan laki-laki tercermin antara lain dalam
berpartisipasi mengisi pembangunan di berbagai bidang, sehingga proses
pembangunan akan semakin dapat dipercepat guna terwujudnya keadilan dan
kesejahteraan masyarakat baik perempuan maupun laki-laki. Makna dari
nilai-nilai keadilan dan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki merupakan
landasan bagi pembentukan karakter dan budi pekerti bangsa untuk mencintai
tanah air dan bangsa Indonesia, dan memegang teguh rasa nasionalisme serta
wawasan kebangsaan yang hakiki.
Perempuan harus meningkatkan kiprahnya dalam berbagai aspek
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta pembangunan
nasional yang berkelanjutan guna tercapainya tujuan pembangunan nasional dan
pembangunan millennium (MDGs) serta terwujudnya Keadilan dan Kesetaraan Gender
(KKG).
Perempuan Indonesia harus menjadi manusia Indonesia yang
bermartabat dan maju, tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain, juga harus mampu
berperan aktif dalam pergaulan nasional maupun internasional. Diperlukan
motivator untuk mendorong kaum perempuan untuk lebih berprestasi. Visi
pembangunan pemberdayaan perempuan adalah tercapainya keadilan dan kesetaraan
gender dalam keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara, yang dalam
pencapaiannya perlu dilaksanakan berbagai ragam kegiatan. Kita semua memahami
bahwa apa yang kita upayakan selama ini untuk memberikan yang terbaik bagi
peningkatan kualitas kaum perempuan, bukanlah hal yang mudah dan sederhana.
Pemahaman akan kesetaraan dan keadilan gender (KKG) masih sangat bervariasi
tingkatannya. Pelaksanaan pengarusutamaan gender yang merupakan strategi untuk
mengintegrasikan gender ke dalam kebijakan dan program pembangunan di seluruh
sektor pembangunan memerlukan suatu mekanisme kerja yang kuat, yang didukung
dengan kualitas sumber daya manusianya.
Dengan demikian, kesetaraan perempuaan dan laki-laki akan terwujud
ketika ada kerjasama berbagai pihak, baik dari kalangan perempuan sendiri,
kalangan laki-laki, pihak terkait yang meliputi pemerintah, organisasi
masyarakat, LSM dan
sebagainya. Sehingga tujuan untuk membangun karakter bangsa yang sehat dan
bermartabat akan terwujud, dan tujuan dari pembangunan nasional akan tercapai.
(aNfA).
2 comments:
artikel yang bagus bu
kemajuan bangsa salah satunya ditentukan oleh perempuan, dibalik pemimpin negara yang sukses pasti ada seorang istri yang solehah
Post a Comment