Pelantikan PDNA Brebes

Pelantikan PDNA Kabupaten Brebes Periode Muktamar XI dihadiri oleh PWNA Jawa Tengah dan Bupati Brebes

Musyawarah Daerah Nasyiatul Aisyiyah Kota Semarang

Semangat Baru Kader Nasyiatul 'Aisyiyah Kota Semarang Awali Periode Muktamar XI

Workshop Manajemen Organisasi PWNA Jawa Tengah

Purworejo, 31 Desember 2009 - 2 Januari 2010

Latihan Instruktur Nasyiatul 'Aisyiyah Karesidenan Semarang Pekalongan

Outbond dalam rangka peningkatan kualitas instruktur dalam membentuk kerjasana tim

29 Jan 2013

PEDOMAN LPCR MUHAMMADIYAH JATENG


P.E.D.O.M.A.N

PENGEMBANGAN CABANG & RANTING MUHAMMADIYAH

JAWA TENGAH

  1. PENDAHULUAN
Pimpinan cabang dan ranting dalam struktur kepemimpinan di Muhammadiyah merupakan ujung tombak gerakan karena posisinya yang langsung bersentuhan dengan anggota. Kebijakan-kebijakan yang dirumuskan pada level kepemimpian di tingkat pusat atau wilayah, pelaksanaannya kebanyakan di tingkat cabang dan ranting. Pada dataran ini, cabang dan ranting menempati posisi strategis dalam implementasi program persyarikatan.

Posisi strategis itu dalam banyak kasus ternyata tidak diimbangi dengan peran ideal cabang dan ranting. Banyak cabang dan ranting yang hanya sekadar papan nama, karena minimnya kegiatan dakwah dan amal usaha. Mereka akan semarak hidup manakala menjelang permusyawaratan dan setelah itu kembali mati tidak bergerak sama sekali. Sungguh ini fenomena yang memprihatinkan, mengingat aras gerakan persyarikatan adalah gerakan Islam dan dakwah sosial yang semestinya banyak bersentuhan dengan persoalan-persoalan umat di tingkat bawah yang menjadi wilayah cabang dan ranting.

Kondisi seperti ini yang mendorong untuk ditumbuhkan kembali semangat membangun cabang dan ranting dalam sebuah proyek pengembangan yang sistematis dan efektif. Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah mengimplementasikan keinginan itu dalam wujud membentuk Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting. Tugas utama lembaga ini adalah sebagai inisiator dan inovator dalam upaya-upaya pengembangan cabang dan ranting. Tetapi tentu saja pengembangan membutuhkan cetak biru (blue print, acuan model) di samping tentu saja kesungguhan para pelaku pembedayaan. Katakanlah bahwa kesungguhan itu telah ada, maka pedoman ini adalah cetak biru pengembangan cabang dan ranting Muhammadiyah di Jawa Tengah.

  1. PENGERTIAN UMUM
a.       Pengembangan adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk membuat sesuatu lebih berkembang atau lebih mempunyai kemampuan.
b.      Cabang adalah kesatuan Ranting di suatu tempat yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga Ranting
c.       Ranting adalah kesatuan angggota di suatu tempat atau kawasan yang terdiri atas sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pengembangan anggota
d.      Model Pengembangan adalah pola-pola yang terdapat dan menjadi acuan dalam kegiatan pengembangan
e.       Strategi Pengembangan adalah cara-cara yang digunakan untuk melakukan kegiatan pengembangan
f.       Kegiatan Pengembangan adalah aktivitas kongkret yang dilakukan dalam proses pengembangan
g.      Interkoneksitas Gerakan adalah ketersalinghubungan antara gerakan yang satu dengan yang lain dalam rangka mencapai sinergi pengembangan
h.      Dakwah Kultural adalah dakwah amar ma’ruf nahi munkar di kalangan umat yang dilakukan dengan pendekatan budaya dan kesenian lokal.

  1. PIMPINAN CABANG
a.       Cabang adalah kesatuan Ranting di suatu tempat yang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga ranting yang berfungsi:
    • Melakukan pembinaan, pengembangan, dan koordinasi Ranting
    • Menyelenggarakan pengelolaan Muhammadiyah
    • Penyelenggaraan amal usaha (ART pasal 6 ayat 1)
b.      Syarat pendirian Cabang sekurang-kurangnya mempunyai:
·         Pengajian / kursus berkala untuk anggota Pimpinan Cabang atau Unsur Pembantu Pimpinan, Pimpinan Ranting, serta Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Cabang, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
·         Pengajian / kursus muballigh / muballighat dalam lingkungan Cabangnya, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
·         Korps muballigh / muballighat Cabang, sekurang-kurangnya 10 orang
·         Taman Pendidikan al-Qur’an / Madrasah Diniyah / Sekolah Dasar
·         Kegiatan dalam bidang sosial, ekonomi, dan kesehatan
·         Kantor (ART pasal 6 ayat 2)
c.       Pimpinan Cabang memimpin Muhammadiyah dalam Cabangnya serta melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya. Pimpinan Cabang terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh orang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam Musyawarah Cabang (AD pasal 13 ayat 1 dan 2).

  1. PIMPINAN RANTING
a.       Ranting adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau kawasan yang terdiri atas sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan pembinaan dan pengembangan anggota (ART pasal 5 ayat 1).
b.      Syarat pendirian ranting sekurang-kurangnya mempunyai:
·         Pengajian/ kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
·         Pengajian / kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
·         Mushalla / surau / langgar sebagai pusat kegiatan
·         Jama’ah (ART pasal 15 ayat 2)
c.       Pimpinan Rating memimpin Muhammadiyah dalam rantingnya serta melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya. Pimpinan Ranting terdirui atas sekurang-kurangnya lima orang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang untuk satu masa jabatan dari calon-calon yang dipilih dalam Musyawarah Ranting. (AD pasal 15 ayat 1 dan 2)

  1. KONDISI NYATA PIMPINAN CABANG DAN RANTING
a.       Diperkirakan sekitar lebih dari 60% dari jumlah total Cabang dan Ranting Muhammadiyah mengalami stagnasi (kebekuan kegiatan) bahkan sebagiannya adalah sekadar papan nama
b.      Kalaupun ada kegiatan di tingkat Cabang atau Ranting, respon umat terhadap kegiatan itu sangat minim yang diperkirakan sebagai akibat dari sifat ekslusivisme gerakan Muhammadiyah di tingkat bawah.
c.       Umat masih kurang terlayani oleh jangkauan kegiatan dan amal usaha Muhammadiyah
d.      Pendekatan dakwah Muhammadiyah di tingkat bawah kebanyakan masih belum menyentuh kebutuhan spiritual masyarakat bawah
e.       Walaupun Muhammadiyah menisbatkan dirinya sebagai gerakan modern, tetapi gerakannya sebagian besar belum didukung oleh perangkat menejemen modern
f.       Gairah bermuhammadiyah para kader di lapisan bawah menurun

  1. PIMPINAN CABANG DAN RANTING IDEAL
a.       Karakteristik cabang ideal
    • Mempunyai ranting unggulan lebih dari satu
    • Mempunyai ranting minimal lima
    • Mempunyai tempat kesekretariatan yang tetap
    • Mempunyai masjid sebagai pusat kegiatan ibadah
    • Mempunyai amal usaha minimal tiga jenis yang semuanya eksis dengan baik
    • Mempunyai aktivitas kegiatan yang variatif yang didukung oleh mobilitas pimpinan yang tinggi
    • Didukung oleh menejemen kesekretariatan modern
    • Mempunyai ORTOM seperti Aisyiyah, NA dan Pemuda Muhammadiyah di tingkat Cabang
b.      Karakteristik ranting ideal
·         Mempunyai tempat kesekretariatan yang tetap
·         Mempunyai anggota minimal 100 orang
·         Mempunyai masjid atau mushalla
·         Mempunyai amal usaha lebih dari satu jenis yang berdiri secara eksis
·         Mempunyai aktivitas kegiatan yang variatif yang didukung oleh mobilitas pimpinan yang tinggi
·         Didukung oleh menejemen kesekretariatan modern
·         Mempunyai ORTOM seperti Aisyiyah, NA dan Pemuda Muhammadiyah di tingkat Ranting

  1. PIMPINAN CABANG DAN RANTING UNGGULAN
a.       Karakteristik cabang unggulan
·         Mempunyai tempat kesekretariatan yang tetap
·         Mermpunyai ranting minimal 3
·         Mempunyai masjid atau mushalla sebagai pusat kegiatan keagamaan
·         Mempunyai amal usaha yang dapat diunggulkan
·         Mempunyai kegiatan pengajian atau kegiatan lain yang rutin dan kontinyu
·         Didukung oleh menejemen kesekretariatan dengan baik
·         Mempunyai Ortom di tingkat cabang
b.  Karakteristik ranting  unggulan
·         Mempunyai tempat kesekretariatan (kantor) yang tetap
·         Mempunyai anggota minimal 50 orang
·         Mempunyai minimal mushalla sebagai pusat kegiatan keagamaan
·         Mempunyai kegiatan pengajian yang rutin
·         Didukung oleh menejemen kesekretariatan dengan baik

  1. PIMPINAN CABANG DAN RANTING MATI
a.       Cabang dikatakan mati / off jika:
·         Tidak adanya pengajian / kursus berkala untuk anggota Pimpinan Cabang atau Unsur Pembantu Pimpinan, Pimpinan Ranting, serta Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Cabang, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
·         Tidak adanya pengajian / kursus muballigh / muballighat dalam lingkungan Cabangnya, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
·         Tidak mempunyai korps muballigh / muballighat Cabang, sekurang-kurangnya 10 orang
·         Tidak mempunyai amal usaha sekurang-kurangnya Taman Pendidikan al-Qur’an / Madrasah Diniyah / Sekolah Dasar
·         Tidak Mempunyai kegiatan dalam bidang sosial, ekonomi, dan kesehatan
·         Tidak Mempunyai kantor.
·         Dengan kata lain, Cabang dikatakan mati jika hanya sekadar papan nama dan tidak/kurang sekali dalam aktivitas gerakannya AD dan ART Muhammadiyah.
b.      Ranting dikatakan mati / off jika:
·         Tidak adanya pengajian/ kursus anggota berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
·         Tidak adanya pengajian / kursus umum berkala, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan
·         Tidak mempunyai mushalla / surau / langgar sebagai pusat kegiatan
·         Tidak mempunyai jama’ah
·         Dengan kata lain, Ranting dikatakan mati jika hanya sekadar papan nama dan tidak/kurang sekali dalam aktivitas gerakannya sebagaimana ditetapkan dalam AD dan ART Muhammadiyah.

  1. STRATEGI PENGEMBANGAN
a.       Memetakan potensi cabang dan ranting
Pemetaan ini berguna untuk mengetahui potensi yang dimiliki oleh cabang dan ranting sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas tentang apa dan bagaimana proses pengembangan itu dijalankan. Misalnya potensi anggota atau SDM, sumber dana, lokasi, dan sebagainya
b.      Mengidentifikasi masalah cabang dan ranting
Upaya identifikasi ini bermanfaat untuk mengetahui berbagai macam persoalan yang muncul di cabang atau ranting itu, sehingga dapat dicarikan alternatif jalan keluarnya.
c.       Menyusun langkah-langkah strategis pengembangan
Setelah berbagai masalah dapat diidentifikasi, maka langkah berikutnya adalah menyusun langkah-langkah program pengembangan. Prinsip dalam melakukan penyusunan langkah ini adalah menetapkan prioritas berdasarkan kekuatan dan target yang akan dipenuhi.
d.      Melakukan langkah-langkah kongkret pengembangan
Setelah prioritas program pengembangan berhasil disusun, maka langkah kerja berikutnya adalah melaksanakan rencana itu secara konsisten dan kontinu sambil terus dievaluasi perkembangannya.

  1. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN
a.       Model Struktural
Dalam model ini, struktur pimpinan di atasnya senantiasa aktif melakukan intervensi atas cabang/ranting yang akan diberdayakan. Program pengembangan dikoordinir secara langsung Pimpinan Daerah/Cabang sampai Cabang/Ranting yang bersangkutan mampu melaksanakana kegiatannya secara mandiri.
b.      Model Kultural
Dalam model ini, perlu ditanam kader militan dalam cabang/ranting yang akan diberdayakan. Fungsi kader itu adalah melaksanakan serangkaian program pengembangan sekaligus memotivasi anggota dan Pimpinan Cabang/Ranting untuk terus bergerak aktif menjalankan program persyarikatan. Untuk model ini, langkah persiapannya adalah mencari sosok kader dan mendidik mereka agar siap terjun dalam revitalisasi cabang/ranting. Kader itu seyogyanya bertempat tinggal dicabang/ranting setempat dan bisa berasal dari aktivis Pimpinan Persyarikatan atau pengawai Amal Usaha Muhammadiyah.
c.       Model Mobilisasi Sosial
Dalam model ini, peran pengajian cabang/ranting menjadi sangat vital. Pengajian adalah forum ukhuwah umat Muhammadiyah sekaligus ajang konsolidasi dan mobilisasi kekuatan gerakan Muhammadiyah.

  1. KEGIATAN-KEGIATAN PENGEMBANGAN
a.       Melakukan kaderisasi dan regenerasi pimpinan cabang/ranting
·         Tujuan : Menyiapkan kader pimpinan persyarikatan yang siap menggerakkan cabang/ranting dan penyegaran kepemimpinan sehingga kepemimpinan cabang/ranting bisa berjalan dengan efektif
·         Strategi : Indoktrinasi kader untuk membangun komitmen perjuangan bersama, dan pembeliaan/penyegaran kepemimpinan.
·         Program kongkret : 1) Pengkaderan Darul/Baitul Arqam, 2) Refreshing kepemimpinan, 3) Up Grading, 4) Pelatihan Administrasi Persyarikatan, 5) Musyawarah Cabang/Ranting
b.      Memobilisasi umat dengan kelompok-kelompok pengajian
·         Tujuan : Menggugah kesadaran keagamaan dan kemuhammadiyah umat sehingga mereka bisa terlibat aktif dalam gerakan persyarikatan
·         Program kongkret : 1) Pengajian berkala, 2) Pengajian intensif, 3) Kursus ilmu agama, 4) Mobilisasi dana umat dll.
c.       Mendirikan amal usaha Muhammadiyah yang dibutuhkan umat
·         Tujuan : Menyantuni umat sesuai dengan kebutuahan mereka dan sekaligus sebagai alat untuk mengakumulasi dana umat.
·         Program kongkret: 1) TPQ, 2) SD/MI, 3) Balai pengobatan, 4) BMT, 5) BAZIS dsb.
d.      Melakukan kegiatan lintas majlis/lembaga dan ortom
·         Tujuan : Menghidupkan gerakan Muhammadiyah dan memacu ghirah kebersamaan dalam Muhammadiyah
·         Strategi : Kolaborasi (melakukan kegiatan bersama-sama) dan sinergi (melaksanakan program bersama-sama)
·         Program kongkret : 1) Darul/Baitul Arqam, 2) Pelatihan-pelatihan, 3) Kajian/diskusi keagamaan, 4) Permusyawaratan bersama, dll.
e.       Melakukan resolusi konflik
·         Tujuan : Menyelesaikan konflik antar pimpinan dan antar elemen umat yang mengganggu kinerga cabang/ranting.
·         Strategi : Negosiasi, ishlah, kompromi.

  1. MENGHIDUPKAN CABANG DAN RANTING
Untuk menghidupkan cabang/ranting yang mati diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Segera diselenggarakan permusyawaratan sela tanpa harus menunggu selesai periode kepemimpinan
b.      Diadakan pengaderan untuk menyiapkan kader inti persyarikatan yang akan menggerakkan cabang/ranting
c.       Menyelenggarakan pengajian-pengajian Muhammadiyah untuk merangsang tumbuhnya ghirah bermuhammadiyah
d.      Cabang/ranting bersangkutan perlu mendapat pendampingan intensif dari pimpinan di atasnya

  1. MEMBANGUN CABANG DAN RANTING UNGGULAN
Untuk membangun cabang/ranting unggulan diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Membangun masjid untuk cabang atau paling tidak mushalla untuk ranting dalam rangka menyatukan tempat kegiatan keagamaan warga Muhammadiyah
b.      Mendirikan amal usaha yang sesuai dengan kebutuhan umat, khususnya warga Muahmmadiyah di cabang/ranting bersangkutan
c.       Menata kesekretariatan dengan mendirikan tempat kesekretariatan tetap
d.      Mengelola organisasi dengan menejemen modern; komputerisasi, pengarsipan, mengagendakan rapat-rapat organisasi, dan pertanggungjawaban publik.
e.       Mendirikan dan membina organisasi-organisasi otonom Muhammadiyah untuk mendukung gerakan dan dakwah Muhammadiyah
f.       Mencari sumber-sumber dana baru yang tidak tergantung dengan iuran/sumbangan anggota.

  1. STRATEGI PENDANAAN KEGIATAN CABANG DAN RANTING
Dana untuk mengerakkan roda persyarikatan di tingkat cabang dan ranting diperoleh dari:
a.       Infaq anggota
b.      Subsidi amal usaha
c.       Usaha mandiri
d.      Sumbangan pihak-pihak tertentu yang tidak mengikat
e.       Kerjasama program dengan lembaga donor

  1. INTERKONEKSITAS (KETERKAITAN DAN KETERPADUAN) GERAKAN
a.  Interkoneksitas gerakan meliputi:
·         Cabang dengan ranting-rantingnya
·         Cabang dengan Ortomnya
·         Cabang dengan cabang yang lain
·         Ranting dengan Ortomnya
·         Cabang/ranting dengan gerakan Islam lain
b.      Interkoneksitas gerakan ini berfungsi untuk:
·         Konsolidasi dan koordinasi organisasi
·         Efisiensi dan efektifitas gerakan persyarikatan
·         Lebih menggaungkan Syi’ar kegiatan
·         Saling membantu dalam merealisasikan program
c.       Contoh program yang dapat dilakukan bersama (interconected):
·         Pengajian umum atau kegiatan kajian Islam lainnya
·         Pengaderan Darul/Baitul Arqam
·         Pengadaan Amal Usaha Muhammadiyah
·         Bakti sosial atau aktivitas sosial lainnya
·         Permusyawaratan bersama

  1. MENEJEMEN EFEKTIF CABANG DAN RANTING
a. Menejemen efektif cabang dan ranting meliputi:
·         Tata kelola tempat kesekretariatan
·         Administrasi organisasi dan pengelolaan keuangan
·         Model pengambilan kebijakan
·         Sosialisasi kebijakan (Humas)
·         Evaluasi program persyarikatan
b. Langkah-langkah menuju menejemen efektif
·         Menyelenggarakan pelatihan dan pembinaan menejemen efektif cabang/ranting
·         Pengadaan perangkat dan instrumen keadministrasian seperti komputer, alat-alat kantor, media pengarsipan dsb.
·         Melakukan pembukuan dan pengarsipan secara rapi

  1. DAKWAH KULTURAL MUHAMMADIYAH
a.       Latar belakang
·         Agama dan kebudayaan dapat saling mempengaruhi karena keduanya terdapat nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya manusia bisa hidup di dalamnya. Agama memerlukan sistem simbol, dengan kata lain agama memerlukan kebudayaan agama. Tetapi keduanya perlu dibedakan.
·         Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang memperjuangan pemurnian ajaran Islam (purifikasi). Dalam banyak kasus, misi pemurnian ajaran Islam ini oleh Muhammadiyah banyak mengalami kendala di kalangan umat karean umat mempunyai cara pandang tersendiri tentang Islam dan kebudayaan lokal mereka. Dakwah Muhammadiyah dalam hal ini banyak mengalami resistensi (penentangan) dan “kurang laku” yang tentu saja dapat menghambat gerakan Muhammadiyah secara keseluruhan.
·         Banyak kalangan umat Islam modern yang pada akhirnya tertarik dengan model-model dakwah yang sangat kultural seperti dzikir bersama, lagu-lagu religius dan sebagainya
·         Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern perlu kiranya untuk merespon kecenderungan resistensi (perlawanan) terhadap dakwah Muhammadiyah dengan menawarkan pola dakwah yang lebih ramah dengan tradisi dan budaya mereka tanpa harus mengorbankan kemurnian Islam. Dan Muhammadiyah perlu juga merespon kecenderungan kerinduan spiritual umat Islam modern atas model-model dakwah kultural.
b. Contoh dakwah kultural
·         Mengemas dakwah dengan aneka kesenian lokal
·         Menawarkan bentuk-bentuk ritual yang tetap menjaga kemurnian dan kesucian Islam tetapi lebih ramah terhadap tradisi masyarakat.

18.         GERAKAN KEMBALI KE RANTING
Amal usaha Muhammadiyah (AUM) didirikan untuk sarana da’wah. AUM dapat berfungsi sebagai sarana da’wah bila digerakkan oleh orang yang bekerja di dalamnya. Sebagai bentuk tanggungjawab terhadap persyarikatan maka individu maupun kelompok yang bekerja di AUM wajib menghidupi persyarikatan dengan cara berikut ini.
1.         Mengenal keberadaan ranting atau cabang dimana mereka tinggal.
2.         Mengikuti dan aktif dalam kegiatan AUM di ranting mereka tinggal.
3.         Bila pada lingkungan mereka tinggal belum berdiri ranting atau cabang berkewajiban untuk berinisiatif mendirikannya.
4.         Sebagai pinpiman AUM bertanggungjawab pada gerakan ini, sebagai bentuk tanggungjawabnya adalah memberikan penghargaan atau hukuman kepada karyawannya.
5.         Pengharggan yang aktif di persyarikatan dapat berupa   kelancaran kenaikan golongan atau jenjang kaiernya.
6.         Sebagai hukuman bagi karyawan yang tidak mau aktif di persyarikatan, maka sekarang harus berani untuk mengeluarkan dari AUM.

28 Jan 2013

LINA 1 dan PMNA PDNA Kabupaten Kendal

Latihan Instruktur Nasyiatul ‘Aisyiyah I dan Pelatihan Muballighat Nasyiatul Aisyiyah  Tingkatkan Kualitas Kader Nasyiatul Aisyiyah

Kendal. Pimpinan Daerah Nasyiatul ‘Aisyiyah Kabupaten Kendal telah menyelenggarakan kegiatan Latihan Instruktur Nasyiatul ‘Aisyiyah I (LINA 1) dan kegiatan Pelatihan Muballighat Nasyiatul ‘Aisyiyah (PMNA) Se Kabupaten Kendal pada hari sabtu-ahad, 19-20 Januari 2013 di SMA  Muhammadiyah Boja Kendal.  Kegiatan LINA I dan PMNA diikuti oleh PCNA se Kabupaten Kendal  sejumlah 57 peserta. Pembukaan dihadiri oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal dan jajaran Organisasi Otonom tingkat daerah serta Pimpinan Wilayah Nasyatul Aisyiyah Jawa Tengah. Dalam sambutannya Amin Nurita F.A selaku Sekretaris Umum PWNA Jawa Tengah menyampaikan bahwa pengkaderan di Muhammadiyah melalui tiga jalur. Jalur pertama adalah jalur keluarga, dimana para pimpinan Muhammadiyah berkewajiban untuk mengkader putra putrinya untuk aktif di ORTOM Muhammadiyah, jalur kedua adalah ORTOM Muhammadiyah, Muhammadiyah harus membina ORTOM yang ada (IPM, IMM, Nasyiatul Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Tapak Suci maupun Hizbul Wathon), dan jalur ketiga adalah Amal Usaha Muhammadiyah, Muhammadiyah harus membina seluruh karyawan/karyawati, guru, pegawai yang bekerja di AUM. Kegiatan LINA dan PMNA merupakan bentuk perkaderan di Nasyiatul Aisyiyah yang harus dilaksanakan oleh pimpinan Nasyiatul Aisyiyah untuk menyiapkan kader-kader NA yang siap mengelola bentuk perkaderan di NA serta menyiapkan kader NA dalam membentuk Muballighat NA, yang siap mengemban amanah dakwah terhadap anggota maupun masyarakat secara umum. Sementara PDM Kendal dalam sambutannya menyampaikan bahwa kader Nasyiatul Aisyiyah harus memahami makna dari symbol NA. antara lain 12 padi yang ada mempunya makna 12 langkah KH. Mas Mansur. Kegiatan tersebut merupakan program dari Bidang Kaderisasi dan Bidang Keislaman untuk periode 2008-2012 PDNA Kendal. Hakekat pengkaderan Nasyiatul ’Aisyiyah adalah pembinaan  personil calon anggota, anggota maupun pimpinan secara terprogram dengan tujuan tertentu sehingga akan terbentuk tenaga atau kader yang dapat menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah sebagai gerakan Islam dan dakwah Islam amar makruf nahi munkar.  Tujuan dari Kegiatan LINA I ini antara lain: meningkatkan kemampuan sumber daya manusia terutama  kemampuan tenaga instruktur dalam memahami materi kemuhammadiyahan dan ke-NA-nan, meningkatkan kemampuan tenaga instruktur dalam mengelola dan melaksanakan  perkaderan sesuai dengan bentuk dan jenjang pelatihan dalam pengkaderan Nasyiatul ‘Aisyiyah. Adapun materi dalam kegiatan LINA meliputi: Pedoman hidup Islami Warga Muhammadiyah, Falsafah Pelatihan,  , Administrasi  dan Teknik Evaluasi Pelatihan, Kode Etik Instruktur, eknik Presentasi dan Nasyiatul Aisyiyah dan Problematikanya.
Sementara tujuan dari kegiatan PMNA yaitu:meningkatkan pemahaman dan memperluas wawasan dalam hal kewajiban berdakwah meningkatkan ketrampilan dan kreatifitas dalam penyampaian materi dakwah meningkatkan kemampuan dalam merencanakan dakwah, terbentuknya korps Mubalighat bagi alumni pelatihan untuk memperlancar   jaringan  dakwah Nasyiatul ‘Aisyiyah. Adapun materi dalam kegiatan PMNA yaitu: Pengantar Ilmu Dakwah, Psikologi Sosial dan Massa, Retorika, analisis dan Peta Dakwah, Teknik Presentasi dan Praktek Dakwah..
Hadir sebagai Pembicara dalam kegiatan PMNA dan LINA 1 tersebut antara lain Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kendal, Pimpinan Pemuda Muhammadiyah Kendal, Lisda Farkhani, S.Psi.Psi (Ketua Umum Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Tengah) dan Amin Nurita F.A, ST, M.Pd (Sekretaris Umum Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah Jawa Tengah).
Sebagai follow up dalam kegiatan LINA I dan PMNA, PDNA Kendal akan membentuk Korp Instruktur Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Kendal dan Korp Muballighat Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Kendal dengan harapan kedepan dalam pelaksanaan program kerja PDNA  dapat lebih maksimal. (amin nfa)