sAY NO TO VALENTINE’S DAY
ENAM KERUSAKAN VALENTINE
Temen-temen…sebagai
muslim tentu kita sudah sangat sepakat untuk mengatakan SAY NO TO VALENTINE’S
DAY….nah, kalau ditanya alasannya, sudah siapkah kita menjawab? Tanpa menafikan
pengetahan temen-temen tentang Valentine’s Day, sekedar urun rembug untuk
referensi aja, temen-temen bisa simak tulisan berikut yang saya unduh dari
tulisan
Muhammad Abduh Tuasikal, Artikel www.muslim.or.id.
Semoga bermanfaat…..
Cikal
Bakal Hari Valentine
Sebenarnya
ada banyak versi yang tersebar berkenaan dengan asal-usul Valentine’s Day.
Namun, pada umumnya kebanyakan orang mengetahui tentang peristiwa sejarah yang
dimulai ketika dahulu kala bangsa Romawi memperingati suatu hari besar setiap
tanggal 15 Februari yang dinamakan Lupercalia. Perayaan Lupercalia adalah
rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari
pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno
Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama–nama gadis di dalam kotak.
Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar
harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan dijadikan
obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia
dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit
binatang dan wanita
berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi
lebih subur.
Ketika
agama Kristen Katolik menjadi agama negara di Roma, penguasa Romawi dan para
tokoh agama katolik Roma mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa
Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau
Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I
(The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity). Agar lebih mendekatkan
lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi
Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk
menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Book
Encyclopedia 1998).
Kaitan
Hari Kasih Sayang dengan Valentine
The
Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada 3 nama
Valentine yang mati pada 14 Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai
yang mati pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan siapa
“St. Valentine” yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui
ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut
versi pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St.
Valentine karena menyatakan Tuhannya adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah
tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St.Valentine lalu
menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi
kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan
lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Kaisar
lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine melanggarnya dan
diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung
pada 14 Februari 269 M (The World Book Encyclopedia, 1998).
Versi
lainnya menceritakan bahwa sore hari sebelum Santo Valentinus akan gugur
sebagai martir (mati sebagai pahlawan karena memperjuangkan kepercayaan), ia
menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang diberikannya kepada sipir penjaranya
yang tertulis “Dari Valentinusmu”. (Sumber pembahasan di atas:
http://id.wikipedia.org/ dan lain-lain)
Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
- Valentine’s Day berasal dari
upacara keagamaan Romawi Kuno yang penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
- Upacara Romawi Kuno di atas
akhirnya dirubah menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I. Jadi acara valentine
menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah peringatannya menjadi tanggal
14 Februari, bertepatan dengan matinya St. Valentine.
- Hari valentine juga adalah hari
penghormatan kepada tokoh nashrani yang dianggap sebagai pejuang dan
pembela cinta.
- Pada perkembangannya di zaman
modern saat ini, perayaan valentine disamarkan dengan dihiasi nama “hari
kasih sayang”.
Sungguh
ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah
mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan
menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal
sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir,
tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata
bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual
paganisme.
Selanjutnya
kita akan melihat berbagai kerusakan yang ada di hari Valentine.
Kerusakan
Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama
Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan
ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan
para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq:
Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang
Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ،
فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya
orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini
menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum
dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’,
1/185)
Dalam
hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru
orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’
[hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits
ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits
ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269). Telah jelas di
muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi
ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri
Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman.
Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang
musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain
semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا
مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan
apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]:
72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8
pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat
yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut
hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada
mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri
perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak
menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut
adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut
adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day
bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya
umat Islam.
Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul
Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan
mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ
وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut
dengan banyak shalat,
banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah
dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau
cintai.” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ
النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ
أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ
وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ
أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira
kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man
ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه
وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى
إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena
kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan
mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah
seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat
raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan
pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di
atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika
Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang
sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan
orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para
pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam
Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti:
“Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan
kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang
menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita
meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan
yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan
kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine
jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme.
Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat
dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan
kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini
dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu
Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah
mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang
khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat
hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’
(kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari
raya dan puasa
mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau
dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang
yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan
lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada
mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan
pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah.
Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi
ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina,
atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat
Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami
pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa
dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol
perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas
muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah
hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan
semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu,
ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama
seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan
seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya,
semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah
Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ
فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini
lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika
kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina,
jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga,
hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang
dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa
dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa
disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu
berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal
lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa
bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia,
hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman
Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ
الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah
mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir
(pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir
Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari
paganisme, kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya,
cinta dan kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu
yang semu yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui
pula bahwa Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan
juga oleh agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet
bahwa hari Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya
beragama Hindu. Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai
dan norma kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup
hatinya dan mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak
ikut-ikutan merayakan hari Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari
Valentine, juga tidak boleh membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli,
mengirim kartu, mencetak, dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk
tolong menolong dalam dosa dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah
takut pada kemurkaan Allah Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum
muslimin yang lainnya yang belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan
hidayah kepada kita semua.
WaLlahu a’lamu bish-showwab….